Pagi
jam 05:00 WITA, kami sudah bersiap-siap menuju Larantuka dari Maumere. Kami
menumpang kendaraan Elf yang berangkat pukul 05:30. Biaya transportnya saat itu
100rb/orang, Kami menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam dengan disajikan
pemandangan yang luar biasa. Dari laut, hutan, dan gunung Berapi.
Saat
kami sampai di Larantuka, kami disambut oleh teman kami yang memang orang asli
Larantuka. Kami dibawa ke Hotel yang tak jauh dari pelabuhan larantuka.
Pemandangannya memang luar biasa indah.
Setiap
tahun, sekitar seminggu menjelang Paskah, kota Larantuka di Flores
Timur dengan khidmat merayakan Minggu Suci yang dikenal sebagai Semana Santa.
Merupakan Prosesi puncak pada hari Jumat Agung atau Sesta Vera. Pusat
perayaan diadakan di dua patung suci, yaitu patung Yesus Kristus (secara lokal
dinamai Tuan Ana)
dan patung Perawan Maria (secara lokal dinamai Tuan Ma). Kedua patung tersebut dibawa oleh
misionaris Portugis Gaspardo EspĂrito Santo dan Agostinhode Madalena pada abad
16. Patung-patung ini hanya ditampilkan kepada publik setiap hari Paskah. Dalam
acara Pekan Suci ini, kota Larantuka yang biasanya tenang berubah ramai karena
disesaki peziarah dan jemaat dari berbagai daerah di Indonesia bahkan dari
seluruh dunia. Kota ini memiliki pengaruh kuat kolonial Portugis dan dikenal
sebagai salah satu tempat dimana agama Katolik berkembang di Indonesia.
Dimalam itu kami bersedih, karena kapal penyeberangan dari lembata menuju Alor dalam perbaikkan. Kami sempat kebingungan bagaimana kami melanjutkan perjalanan menuju Alor. Makan malam ini, menutup hari kami pertama di Larantuka sekaligus malam itu kami mencari solusi agar bisa melanjutkan misi kami ke Alor.