Rabu, 08 Agustus 2012

About Bali Part 1 : Tanah Lot


Sedikit berkisah tentang perjalanan saya dan teman-teman sekantor. Pertengahan bulan Maret saya dan teman-teman iseng jalan-jalan ke Tanah Lot dan Central Kuta. Kami putuskan hari Sabtu sore kami menuju pantai Tanah Lot. Target utama kami adalah Sunset di pantai ini. Perjalanan ditempuh kurang lebih 1 jam dari kota Denpasar. Tanah Lot masuk dalam wilayah Kabupaten Tabanan.

Perjalanan menuju pantai Tanah Lot sangat padat pada sore hari. Hampir semua wisatawan ingin menikmati sunset di Tanah Lot. Kami memasuki tempat wisata dikenai biaya Rp 10.000,- per kendaraan roda empat dan ditambah Rp 3.000,- per orang. Sangat disarankan datang sebelum jam 16:00wita agar kita tidak kesulitan dalam memarkirkan kendaraan. Semakin sore akan semakin penuh parkir kendaraan, dan semakin jauh pula kita akan memarkir kendaraan kita.

Kita dari tempat parkir akan berjalan kurang lebih 500 meter menuju pantai. Setelah memasuki gerbang pura, rasa mata ini disejukkan dengan pemandangan indah Pura dan deru ombak yang menabrak karang.
 

Di sebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan yang melengkung. Di sini ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan dan merupakan pura laut tempat pemujaan dewa penjaga laut.





Di bawah dan di sebelah barat terdapat sumber air tawar yang merupakan air suci bagi Umat Hindu. Apabila turun ke pantai antara Pura Tanah Lot dengan tebing, maka pada bulan tertentu akan menyaksikan matahari terbenam dimana bola matahari yang berwarna merah akan tepat berada di lobang tebing, seperti mata yang lelah memandang dunia. Sayangnya pemandangan ini hanya dapat disaksikan pada bulan-bulan tertentu yaitu saat matahari tenggelam condong ke utara.











Kira-kira pukul 17:30 hingga pukul 18.30 kita akan menikmati indahnya sunset Tanah Lot ini. Buktikan dan rasakan keindahannya.

Senin, 06 Agustus 2012

Hari Raya Nyepi = East Java Attack

Melihat kalender bulan Maret 2012, terasa bahagia ketika melihat ada satu tanggal merah dihari jumat. Hari Raya Nyepi ternyata. Cerita dari tetangga kost kalau nyepi kita bisa gelap-gelapan dan tidak bisa keluar dari kosan. Hati ini sudah mau merencanakan program kabur dari Nyepi di Bali. Rencana perjalanan pun diputuskan ke Jawa timur, tepatnya Banyuwangi dan sekitarnya.

Saya akhirnya diajak bersamaan dengan rombongan Scooden, Viber, HVC Jakarta, JMKC, dan HCST Jogja yang kebetulan punya tujuan yang sama. Tanggal 22 Maret 2012 jam 14:00 kami berkumpul di tikum CK Tiara Cokro. Kebanyakan rombongan bersama keluarganya.

Setelah briefing, kami berangkat menuju Gilimanuk. Jalan menuju Gilimanuk sangat padat, jelaslah sudah kalau hampir kebanyakan orang memilih menghindari hari Raya Nyepi di Bali. Kabar dari teman-teman yang sudah sampai di Gilimanuk kalu macet total untuk antri kapal penyeberangan. 

Setelah sampai di SPBU Sokka, kami berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakar dan beristirahat. Tak lama, kami langsng melanjutkan perjalanan. Jalan begitu padat dengan banyaknya pawai ogoh-ogoh. Jalan hampir penuh terpakai untuk pawai ogoh-ogoh ini. Ogoh-ogoh dari ukuran kecil hingga ukuran besar semua tumpah ruah dijalanan. Normal perjalanan 2,5jam dari Denpasar menuju Gilimanuk, kita 3 jam baru sampai perbatasan Sokka-Negara.


Pukul 17:10 kami sudah memasukki kawasan hutan Taman Nasional Bali Barat, dan terlihat antrean kendaraan Roda 4. Terukur kira-kira 2 kilometer antrean roda empat. Lalu, untuk roda dua? Dahsyat, terlihat seperti semut mau menyebrang ramai-ramai.


Hampir 2,5jam kami mengantre untuk pembelian tiket kapal dan pemeriksaan kendaraan. Setelah mendapatkan tiket dan pemeriksaan kendaraan, kami istirahat sambil menunggu antrian kapal. Mengisi perut dengan nasi bungkus dan kopi hangat. Disana kami bertemu dengan biker Belanda yang menggunakan Yamaha Scorpio modifikasi. Dia berencana menuju Sumatera dengan motornya itu, amazing!


Setelah selesai istirahat, kami langsung mengantre lagi untuk masuk kekapal ferry penyeberangan. Kami masuk kapal tepat pukul 21:30wita dan langsung tidur di kapal. Saya dibangunkan oleh bro Gede kalau kita dah mau sampai di pelabuhan Ketapang. Jam 11:00 wib kami turun dari kapal dan langsung menuju rumah bro Dani untuk numpang beristirahat.



Perut yang kelaparan langsung dihidangi sebungkus nasi Tempong khas Banyuwangi. Hingga perut hampir meledak rasanya, benar-benar porsi kelaparan seminggu tidak makan. Ayam, telur dadar, tahu, tempe, sayur plecing, sambal, dan nasi putih hangat...hmmm, sangat nikmat! Perut kenyang, mandi malam, dan langsung bobok nyenyak.



Pagi-pagi benar saya dan bro Fahmi HVC langsung packing karena melanjutkan perjalanan menuju tempat lainnya. Bro Fahmi rencananya langsung pulang Jakarta transit Jogjakarta via selatan. Sedangkan saya akan berencana menuju kawasan pantai G-Land. Namun keberangkatan kami tertunda dengan tawaran kuliner selanjutnya: Rujak Soto dan Es Kelapa Durian.


Setelah semua mandi dan segar lagi, kami langsung menuju kawasan alun-alun kota Banyuwangi. Tujuan pertama kami adalah Rujak Soto. Rasa penasaran dengan makanan ini sudah di ubun-ubun. Air liur sudah hampir luber. Yap, makanan datang dan langsung disantap dengan lahap. Mantap sekali rasa makanan ini. Kuah segar rasa rujak, dicampur dengan daging babat dan sayur-sayur khas soto.


Kenyang dengan rujak soto, langsung cuss menuju es kelapa degan. Air liur semakin deras rasanya. Gelas 400ml, serutan kelapa muda, durian 4 biji, dan potongan alpukat. Isinya rame tapi berpadu rasanya. Segar dan mengenyangkan.

Selesai wisata kuliner di Banyuwangi, saya dan bro Fahmi HVC langsung berpamitan untuk melanjutkan perjalanan. Menuju arah Jember, saya dan bro Fahmi langsung tancap gas. Tekstur jalan bergelombang membuat kami harus hati-hati. Tepat dipertigaan genteng, saya dan bro Fahmi berpisah. Bro Fahmi melanjutkan ke arah Jember, dan saya menuju daerah Grajakan.


Pantai-pantai di daerah Grajakan memang jarang diakses oleh wisatawan lokal, namun di Pantai G-Land terdapat pantai yang sangat terkenal dikalangan surfer dunia. Akses jalan sempit dan berlubang, jalanan pun sepi dari wisatawan lokal, namun banyak wisatawan asing yang membawa papan sirfingnya. Saya mengikuti arah mobil-mobil para surfer. Jalanan sungguh tidak bersahabat saat itu.



Pantai Grajakan, pantai yang sepi dan indah. Belum banyak wisatawan yang datang kesini. Udaranya pun sejuk dihiasi hutan mangroove. Sekitar 30 menit, saya melanjutkan perjalanan menuju G-Land. Perjalanan ditempuh kira-kira 30 menit. Sesampainya di parkiran, saya diwajibkan ikut mobil carteran menuju pantai. Namun saat itu sendirian, petugas memberikan kelonggaran untuk masuk kawasan dengan motor saya.

Sungguh sedih, kamera tidak terbawa bermodal HP Blackberry 3,2MP kini sudah lowbath. Alhasil mengabadikan moment di G-Land pupus. Mata pun tetap dipuaskan dengan kehebatan para surfer dan ombak pantai ini. Hanya sekitar 40 menit, saya melanjutkan ke goa dikawasan Alas Purwo yang terkenal mistisnya . Berhubung saya kesana mendekati pergantian malam, saya putuskan untuk segera pulang ke Banyuwangi.

Sesampai di Banyuwangi, saya meuju kerumah Reza, teman kerja saya. Sampai di rumah reza, langsung saja saja dijak berkeliling  kota Banyuwangi sambil menunggu tengah malam. Akhirnya diputuskan untuk makan dan ngopi di jalan menuju Rogojampi. (saya lupa nama jalannya) Kopi hangat dan cemilan menemani malam kami, dan makin rame dengan Ragil yang juga bekrja di tempat yang sama dengan kami.


Waktu menunjukan pukul 00:15, kami pulang menuju kerumah Reza sambil packing kembali. Pukul 02:00 saya segera pamitan untuk mengantre di pelabuhan Ketapang. Jam 02:45 saya mengantre dan bertemu dengan bro Sam IMTY (Jogja). Kami mengantre didepan pintu masuk menuju kapal. Sambil mengobrol dan tiduran sejenak, kami mendengar suara kalau penyeberangan segera dibuka. Jam 04:30 saya sudah diatas kapal. Tepat jam 05:00 kapal berangkat berlayar menuju Gilimanuk kira-kira 1jam.


Perjalanan Gilimanuk-Denpasar hanya ditempuh 2 jam, jalanan yang masih sepi setelah aktifitas Nyepi. Wow, sangat seru rasanya dan takkan terlupakan. 

Banyuwangi 22-24 Maret 2012


Jelajah Wilayah Timur Bali bersama PEACE 579

Bro Kodox KHCC kebetulan sedang memperbaiki dengan motor Karismanya. Dia selama motor di bengkel, dipinjami motor C-70 bunglon. Bersamaan saat itu juga, saya dan bro Kodox diajak berkeliling Bali dengan motor C-70 atau disini lebih dikenal dengan Cethoel.Langsung saja hari minggu 8 april putuskan untuk menelusuri jalan-jalan yang jarang dilewati para wisatawan pada umumnya.


Jam 7:00 wita, saya menunggu di tikum Lapangan Lumintang Gatsu. Tidak lama kemudian, rombongan PEACE Bali datang bersama bro Kodox dan kami langsung berangkat menuju ke rumah bro Roy di daerah Ubud. Setelah sarapan pagi, kami berunding sejenak untuk menentukan jalan mana yang akan kami lalui.Setelah fix kami berdoa dan langsung tancap gas jalan-jalan muter wilayah timur Bali.

Kami sempatkan untuk mengisi bahan bakar di pom terdekat. Setelah full tank, kami melanjutkan perjalanan. Karena jalan sempit dan padat, 3 motor paling belakang tertinggal rombongan terdepan. Kami putuskan untuk bertemu di ByPass Padang Bai. Setelah 15 menit menunggu, seluruh rombongan berkumpul dan melanjutkan perjalanan.


Pitstop pertama kami di Pantai Candi Dasa, kurang lebih 90 km dari Kota Denpasar. Kami berhenti di pinggir jalan yang dari tempat tersebut bisa menikmati langsung keindahan pantai Candi Dasa. Sejuk dan langsung ngantuk dengan semilir angin laut siang itu. Laut yang biru dan jernih, dan dihiasi dengan gasibo-gasibo tempat beristirahat dan bersantai.


Perjalanan kami lanjutkan menuju Taman Ujung untuk pitstop selanjutnya. Naik turun bukit juga menghiasi perjalanan kami. Monyet-monyet liar juga mencari "sedekah" makanan dari orang-orang yang melewati jalan tersebut. Perjalanan ditempuh kurang lebih 45 menit karena jalan yang begitu padat di daerah amlapura.Setelah sampai di Taman Ujung, kami beristirahat sambil berbincang masalah motor Cethoel.



Setelah puas berbincang, dan tenaga pulih, perjalanan dilanjutkan. Kali ini medan yang ditempuh cukup buat motor dan pengendaranya keringetan. Jalan menanjak dan menurun serta aspal rusak. Namun sepanjang perjalanan kami disajikan dengan pemandangan eksotik laut biru yang tenang.






Setelah berjalan kurang lebih 10km dari start taman ujung, kami menemukan spot gasebo yang terlihat terlantar. Mungkin akses transportasi sehingga jarang dikunjungi dan tidak terawat. Dari lokasi ini, terlihat kampung-kampung nelayan amed dengan kapal-kapal nelayan yang berjajar rapi dipinggir pantai. Laut biru dan tenangnya menenangkan hati.


 
Setelah puas bersantai ria, kami melanjutkan perjalanan  menyusuri jalan sepanjang tepian pantai. Jalan sepi dan sejuk membuat aspal yang rusak parah menjadi tidak berarti bagi kami. Akhirnya kami memasuki daerah wisata Amed. Banyak turis asing yang menginap di villa ataupun hotel didaerah ini, tempatnya tenang dan jauh dari keramaian.. Amed merupakan salah satu tempat wisata yang menyajikan keindahan lautnya. Dive dan snorkling adalang wisata utama disini.




Setelah melewati jalan beraspal rusak, kami tiba di persimpangan dengan jalan yang lebar dan halus. Kami memutuskan untuk menuju arah Singaraja. Jalanan yang mulus, sepi, dan lebar membuat cethoel-cetoel berlari liar bak dikejar setan. Saya yang menggunakan supra 125 dibuat kewalahan mengejar, padahal speedometer sudah diatas 100km/jam. Woow, diapain ya cethoel-cethoel ini?


Memasuki daerah Tejakula, kami berhenti sejenak untuk menikmati olahan daging kamnbing disini. Gulai, tongseng, dan sate siap meningkatkan tensi beradventure lagi. Mantaap dengan perut kenyang, saatnya siap-siap membayar. Yap, cukup mengeluarkan Rp 12.000,- saja ditambah segelas es teh.


Puas dengan makanan murah, kami lanjutkan menuju Kintamani. Akses jalan berliku dan menanjak, kami pun bersiap untuk mengisi bahan bakar. Ketersediaan SPBU didaerah in sangat minim, sehingga kami mengisi bahan bakar di penjual eceran di sepanjang jalan.

Jalan yang menanjak curam ditambah tikungan-tikungan tajam membuat kami harus berhati-hati dan memainkan rasio gigi agar motor kami tidak kehabisan tenaga. Sesekali motor sampai meraung hanya menggunakan gigi-1. Sesampainya di pertigaan menuju arah Kintamani dan Ubud, kami putuskan untuk turun ke arah Ubud menuju jembatan Tukad Bakung, atau lebih dikenal dengan jembatan panjang.




Jembatan ini memiliki panjang kurang-lebih 360 meter dengan ketinggian 71 meter. Ketika kita melihat kebawah dari pinggir jembatan berasa benar-benar melayang. Penjaja kopi pun banyak disini, dengan uang Rp 2000,-  kopi hangat siap disruput. Banyak kendaraan yang lewat dijembatan ini berhenti untuk melakukan pengambilan gambar.

Berkahir sesi minum kopi, kami pun memutuskan untuk pulang kearah Ubud. Namun karena saya ada suatu pekerjaan yang harus diselesaikan, maka saya berpisah dengan rombongan menuju arah Denpasar via Sangeh. Kira-kira perjalanan saya ditempuh kurang lebih 40 menit dari jembatan Tukad Bakung tadi.



Perjalanan kali ini membuat saya terkesan dengan keindahan sisi timur pulau Bali. It's a amazing tour. wisata yang tidak bakal ditemukan di agen-agen wisata pada umumnya. Semakin sepi dan semakin jarang wisatawan yang datang, justru makin indah tempat wisatanya. Buktikan...!!



Kamis, 02 Agustus 2012

Pendakian Gunung Batur - Bali

Entah ada angin apa, teman kantor saya Widya tiba-tiba kasih info kalau ada acara pendakian ke gunung Batur. Tanpa menghitung kancing baju untuk jawab ya atau tidak, aku langsung jawab Ya. Hampir tanpa persiapan dan peralatan, hanya bermodalkan sleepingbag pinjaman dan tas kesayangan. Baru iseng-iseng mengajak teman-teman lain, ternyata respon untuk ikut besar. Akhirnya kami berangkat berenam dari kelompok Pronasindo. Adi Dewa, Gaguk, Widya, Farid, dan Reza.

Gunung Batur

Gunung Batur merupakan salah satu gunung berapi aktif yang ada dipulau Bali. Terletak di kabupaten Bangli, 63 kilometer dari kota denpasar.Gunung Batur merupakan tujuan wisata populer di Bali. Dikaki gunung terdapat Danau Batur, desa Trunyan, dan pura Ulun Danu Batur.

Sabtu siang teman-teman memutuskan untuk berkumpul di kost saya. Saat itu, kami berlima menjemput teman kami Widya dirumahnya. Setelah menjemput Widya, kami langsung menuju tikum teman-temannya Widya yang lain. Ternyata rombongan membengkak menjadi 26 orang, dahsyaaat.

Pukul 20:00wita, rombongan segera berangkat menuju pos pemberangkatan di desa Kintamani. Perjalanan ditempuh kurang lebih 1,5jam dari kota Denpasar. Sebelum sampai di Pos, kami melaporkan kegiatan kami ke Polsek terdekat. Tanpa berlama-lama, langsung saja kami menuju pos pemberangkatan.

Saat Ditempat Start

Sesampainya di pos pemberangkatan, teman-teman yang beragama Hindu Bali menyempatkan untuk bedoa di Pura terdekat. Sambil menunggu, kami sempatkan tidur karena kebetulan siangnya kami ada kegiatan fulsal. Setelah teman-teman selesai sembahyang, semua dikumpulkan untuk briefing.

Jam 21:50 kami memulai pendakian, dengan estimasi akan sampai dipuncak kurang lebih 2 jam. Saat berjalan 15 menit, kami berhenti untuk sembahyang di pura desa yang kami lewati. Setelah dari pura desa yang pertama, kami berjalan lagi sekitar 200 meter terdapat pura yang lain. Dipura yang kedua ini kami berhenti untuk memberi kesempatan teman-teman untuk bersembahyang. Setelah itu kami menyusuri hutan pinus dan jalan yang kami lalui masih beraspal. Belum lagi 15 menit kami berhenti di pura jalan masuk pendakian Gunung Batur dan bersembahyang lagi.

Istirahat Dulu

Setelah selesai bersembahyang di pura ketiga, kami melanjutkan perjalanan. Jalan mulai menjadi jalan setapak dan kiri kami sungai kering yang dalam. Kami sempat berhenti sejenak di sebuah warung, yang ternyata pemiliknya juga tinggal disitu. Sungguh aneh tapi nyata, warung tersebut hanya satu-satunya dihutan tersebut. Berasa balapan F1 pake pitstop, kami beli minuman secukupnya. Pendakian belum seberapa, tapi kami terlalu banyak berhenti yang bikin kaki gemeteran juga, hahaha.

Usai pitstop kami langsung cuss lanjut pendakian. Jalan mulai menanjak dan terjal. Kami masih berada di wilayah vegetasi, tapi pemandangan malam itu sangat indah. Lampu-lampu rumah desa Kintamani membentuk lingkaran mengelilingin danau Batur yang saat malam tidak terlihat.

Saya dan Reza

Saya dan Reza berada di belakang bersama Bro Sam. Bro Sam itu temennya temennya temennya Widya (nah to ribeet..). Kami bertiga sering berhenti untuk menunggu rombongan yang kelelahan, rasanya kaki ini udah gemeteran. Dari yang bawa muatan berlebihan tapi tidak memperhitungkan kemampuan dirinya sendiri.

Jam menunjukan pukul 00:30 kami mulai melewati tanjakan berbatu. Batas vegetasi pinus sudah terlewati, dan amazing pemandangan dari posisi kami ini. Langit cerah bersahabat dengan bintang yang bersinar. Disaat kami nertiga menemani salah satu rombongan yang kelelahan, sms berdering "Mas broo, udah nyampe ni di camp ground, dimana dirimu?". Dengan nada dongkol ya aku jawab aja "Masih nggendong beras ke puncak nii..tunggu yaa"

Setelah 40 menit kami bertiga dan 2 orang temennya temennya Widya sampai di sebuah gubuk, yang sepertinya menjadi sebuah tempat berdagang disiang hari. Sangat aneh memang, sempat berpikir kalo ini yang jualan naik pake eskalator sebelah mana. Malam itu kita mendirikan tenda sambil minum kopi panas, mantap rasanya kami bercerita dan berbagi pengalaman disana. Namun malam itu, team Pronasindo tertidur dengan sleepingbag beratapkan langit malam.

Pukul 04:00 saya dibangunkan bro Sam dan langsung ngajak Sunrise di puncak. Langsung bangun, cuci muka biar nampak sedikit bercahaya kalau berfoto. Kurang lebih 15 menit kami mendaki lagi. Jalan yang kami lalui berupa pasir dan kerikil. Agak susah memang, karena pasir yang kami injak selalu longsor.

Kabut Tebal

Saat sampai dipuncak, keadaan masih gelap. Kami sempat bernyanyi sambil dengan intonasi menggigil. Suhu saat itu kurang lebih 10derajat celcius. Beberapa rombongan turis asing mulai berdatangan. Semua pengunjung menghadap kearah timur menanti cayaha matahari muncul. Langit mulai terang, akan tetapi kabut tebal malah menyerbu dan mengurangi jarak pandang kami. Cahaya matahari mulai muncul, tetapi kami tidak bisa mengabadikan dengan sempurna karena ulah kabut.

 Matahari Pagi Batur


Dinginnya Mantaap


Pemandangan dari lokasi kami berada sangat indah, terlihat danau Batur yang membiru dihiasi gunung Abangan. Di sebelah tenggara kita dapat melihat gunung Agung, gunung tertinggi dan masih aktif.

Gunung Agung disisi Tenggara

Pukul 08:00 kami turun ke campground dengan susah payah karena pasir. Sesampainya di campground, kami langsung mempacking peralatan kami sambil berfoto dikawah yang ternyata sangat indah. Turis-turis asing juga ikut berfoto di kawah ini.

Camp Ground


Kawah Gunung Batur

Saat matahari sudah tinggi, kami tim Pronasindo memutuskan turun gunung lebih dahulu dari rombongan lain. Sekitar pukul 09:00 kami langsung turun dan tak henti-hentinya kami kagum dengan pemandangan dari atas gunung Batur ini. Pukul 10:40 kami sudah sampai di pos pemberangkatan, dan langsung memesan mie rebus telor pedas.

 Danau Batur dan Gunung Abangan

Mantap dan puas rasanya, dan ini juga pengalaman pertama Reza, Gaguk, Dewa, dan Farid. Mereka mengaku ketagihan dengan kegiatan pendakian seperti ini.Ya, alam selalu memuaskan hati semua yang menikmatinya.

 Gunung Batur, 2-3 Juni 2012 
PT. Eigerindo Multi Produk Industri
Eiger Adventure Store (EAS)
Jln. Teuku Umar No.92, Denpasar