Senin, 06 Agustus 2012

Jelajah Wilayah Timur Bali bersama PEACE 579

Bro Kodox KHCC kebetulan sedang memperbaiki dengan motor Karismanya. Dia selama motor di bengkel, dipinjami motor C-70 bunglon. Bersamaan saat itu juga, saya dan bro Kodox diajak berkeliling Bali dengan motor C-70 atau disini lebih dikenal dengan Cethoel.Langsung saja hari minggu 8 april putuskan untuk menelusuri jalan-jalan yang jarang dilewati para wisatawan pada umumnya.


Jam 7:00 wita, saya menunggu di tikum Lapangan Lumintang Gatsu. Tidak lama kemudian, rombongan PEACE Bali datang bersama bro Kodox dan kami langsung berangkat menuju ke rumah bro Roy di daerah Ubud. Setelah sarapan pagi, kami berunding sejenak untuk menentukan jalan mana yang akan kami lalui.Setelah fix kami berdoa dan langsung tancap gas jalan-jalan muter wilayah timur Bali.

Kami sempatkan untuk mengisi bahan bakar di pom terdekat. Setelah full tank, kami melanjutkan perjalanan. Karena jalan sempit dan padat, 3 motor paling belakang tertinggal rombongan terdepan. Kami putuskan untuk bertemu di ByPass Padang Bai. Setelah 15 menit menunggu, seluruh rombongan berkumpul dan melanjutkan perjalanan.


Pitstop pertama kami di Pantai Candi Dasa, kurang lebih 90 km dari Kota Denpasar. Kami berhenti di pinggir jalan yang dari tempat tersebut bisa menikmati langsung keindahan pantai Candi Dasa. Sejuk dan langsung ngantuk dengan semilir angin laut siang itu. Laut yang biru dan jernih, dan dihiasi dengan gasibo-gasibo tempat beristirahat dan bersantai.


Perjalanan kami lanjutkan menuju Taman Ujung untuk pitstop selanjutnya. Naik turun bukit juga menghiasi perjalanan kami. Monyet-monyet liar juga mencari "sedekah" makanan dari orang-orang yang melewati jalan tersebut. Perjalanan ditempuh kurang lebih 45 menit karena jalan yang begitu padat di daerah amlapura.Setelah sampai di Taman Ujung, kami beristirahat sambil berbincang masalah motor Cethoel.



Setelah puas berbincang, dan tenaga pulih, perjalanan dilanjutkan. Kali ini medan yang ditempuh cukup buat motor dan pengendaranya keringetan. Jalan menanjak dan menurun serta aspal rusak. Namun sepanjang perjalanan kami disajikan dengan pemandangan eksotik laut biru yang tenang.






Setelah berjalan kurang lebih 10km dari start taman ujung, kami menemukan spot gasebo yang terlihat terlantar. Mungkin akses transportasi sehingga jarang dikunjungi dan tidak terawat. Dari lokasi ini, terlihat kampung-kampung nelayan amed dengan kapal-kapal nelayan yang berjajar rapi dipinggir pantai. Laut biru dan tenangnya menenangkan hati.


 
Setelah puas bersantai ria, kami melanjutkan perjalanan  menyusuri jalan sepanjang tepian pantai. Jalan sepi dan sejuk membuat aspal yang rusak parah menjadi tidak berarti bagi kami. Akhirnya kami memasuki daerah wisata Amed. Banyak turis asing yang menginap di villa ataupun hotel didaerah ini, tempatnya tenang dan jauh dari keramaian.. Amed merupakan salah satu tempat wisata yang menyajikan keindahan lautnya. Dive dan snorkling adalang wisata utama disini.




Setelah melewati jalan beraspal rusak, kami tiba di persimpangan dengan jalan yang lebar dan halus. Kami memutuskan untuk menuju arah Singaraja. Jalanan yang mulus, sepi, dan lebar membuat cethoel-cetoel berlari liar bak dikejar setan. Saya yang menggunakan supra 125 dibuat kewalahan mengejar, padahal speedometer sudah diatas 100km/jam. Woow, diapain ya cethoel-cethoel ini?


Memasuki daerah Tejakula, kami berhenti sejenak untuk menikmati olahan daging kamnbing disini. Gulai, tongseng, dan sate siap meningkatkan tensi beradventure lagi. Mantaap dengan perut kenyang, saatnya siap-siap membayar. Yap, cukup mengeluarkan Rp 12.000,- saja ditambah segelas es teh.


Puas dengan makanan murah, kami lanjutkan menuju Kintamani. Akses jalan berliku dan menanjak, kami pun bersiap untuk mengisi bahan bakar. Ketersediaan SPBU didaerah in sangat minim, sehingga kami mengisi bahan bakar di penjual eceran di sepanjang jalan.

Jalan yang menanjak curam ditambah tikungan-tikungan tajam membuat kami harus berhati-hati dan memainkan rasio gigi agar motor kami tidak kehabisan tenaga. Sesekali motor sampai meraung hanya menggunakan gigi-1. Sesampainya di pertigaan menuju arah Kintamani dan Ubud, kami putuskan untuk turun ke arah Ubud menuju jembatan Tukad Bakung, atau lebih dikenal dengan jembatan panjang.




Jembatan ini memiliki panjang kurang-lebih 360 meter dengan ketinggian 71 meter. Ketika kita melihat kebawah dari pinggir jembatan berasa benar-benar melayang. Penjaja kopi pun banyak disini, dengan uang Rp 2000,-  kopi hangat siap disruput. Banyak kendaraan yang lewat dijembatan ini berhenti untuk melakukan pengambilan gambar.

Berkahir sesi minum kopi, kami pun memutuskan untuk pulang kearah Ubud. Namun karena saya ada suatu pekerjaan yang harus diselesaikan, maka saya berpisah dengan rombongan menuju arah Denpasar via Sangeh. Kira-kira perjalanan saya ditempuh kurang lebih 40 menit dari jembatan Tukad Bakung tadi.



Perjalanan kali ini membuat saya terkesan dengan keindahan sisi timur pulau Bali. It's a amazing tour. wisata yang tidak bakal ditemukan di agen-agen wisata pada umumnya. Semakin sepi dan semakin jarang wisatawan yang datang, justru makin indah tempat wisatanya. Buktikan...!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar